Berbicara tentang kritikan, perbedaan pendapat, berani melawan, dan sikap skeptis tidak lepas dari tipikal pemikiran seorang aktivis mentereng, Soe Hok Gie. Satu dari sekian catatannya yang sampai saat ini terus membekas dalam hati penulis adalah tentang relativitas kebenaran.
“Guru bukan dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau”, salah satu tulisan Soe Hok Gie dalam menilai kepribadian pendidik yang senantiasa mengklaim dan memonopoli kebenaran. Soe Hok Gie adalah pribadi yang keras, tegas, namun santun dan cerdas.
Dibalik sikap perlawanannya tersemai butiran kebenaran yang indah. Ah itulah kepribadian dari sosok yang kali ini akan kita rangkai peninggalan sejarahnya dalam bentuk kata kata bijak yang pernah Ia tulis….
Quotes Soe Hok Gie
Makin aku belajar sejarah, makin pesimis aku, makin lama makin kritis dan skeptis terhadap apapun
Kita, generasi kita ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau
Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau
Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan
Yang aku bela hanya dua, kebenaran dan kejujuran
Kontradiksi generasi kemerdekaan : antara cita-cita untuk mengisi kemerdekaan dan rasa impoten dalam pelaksanaannya
Orang yang pura-pura suci dan mengatasnamakan Tuhan, merintih kalau ditekan namun menindas kalau berkuasa
Baca juga:
Aku tidak takut sendiri. Tuhan juga sendiri, dan Dia bisa jadi yang Maha kuat karena itu
Kesanku hanya satu, aku tidak bisa percaya dia sebagai pemimpin negara karena dia begitu immoral (Catatan Seorang Demonstran, 24 Februari 1963)
Aku lebih cenderung untuk berkata bahwa stimulus dan selera adalah faktor yang sangat berpengaruh pada pemikiran seseorang
Penderitaanku hanyalah sebagian kecil saja dari penderitaan berjuta-juta rakyat yang lain (Soe Hok Gie mengutip perkataan Sjahrir)
Bagiku Tuhan adalah kebenaran
Mencintai tanah air dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat
Hari ini adalah hari ketika dendam mulai membatu,, dendam yang disimpan, lalu turun hati, mengeras sebagai batu
Pandanganku yang agak murung, bahkan skeptis ini pernah dinamakan sebagai destruktif. Tetapi bagaimana bila memang hidup adalah keruntuhan demi keruntuhan?
Hidup adalah soal keberanian menghadapi tanda tanya
Menjadi apatis atau mengikuti arus, tapi aku memilih untuk menjadi manusia merdeka
Baca juga:
Dunia itu seluas langkah kaki, jelajahilah dan jangan pernah takut melangkah. Hanya dengan itu kita bisa memahami kehidupan dan menyatu dengannya
Seorang filsuf Yunani pernah berkata bahwa nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan tersial adalah umur tua
Dan seorang pahlawan adalah seorang yang mengundurkan diri untuk dilupakan seperti kita melupakan yang mati untuk revolusi
Makhluk kecil kembalilah. Dari tiada ke tiada. Berbahagialah dalam ketiadaanmu
Tak ada lagi rasa benci pada siapapun, agama apapun, ras apapun, dan bangsa apapun..dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik
Hanya ada 2 pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi aku memilih untuk jadi manusia merdeka
Aku kira dan bagiku itulah kesadaran sejarah. Sadar akan hidup dan kesia-siaan nilai
Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia
Kita tak pernah menanamkan apa-apa, kita tak’kan pernah kehilangan apa-apa
Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan
Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya, tanpa kita mengerti tanpa kita bisa menawar. Terimalah dan hadapilah
Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat…
Aku kira ada yang disebut cinta yang suci. Tapi itu cemar bila kawin. Aku pun telah pernah merasa jatuh simpati dengan orang-orang tertentu, dan aku yakin itu bukan nafsu
Soe adalah ‘manusia-manusia berjiwa abadi, dukma yang tak lelap tidur, yang dari kejauhan matanya menatap daerah perawan yang belum terjamah tangan’
Tapi sekarang aku berpikir sampai di mana seseorang masih tetap wajar, walau ia sendiri tidak mendapatkan apa-apa. seseorang mau berkorban buat sesuatu, katakanlah, ide-ide, agama, politik atau pacarnya. Tapi dapatkah ia berkorban buat tidak apa-apa
Tetapi kenang-kenangan demonstrasi akan tetap hidup. Dia adalah batu tapal daripada perjuangan mahasiswa Indonesia, batu tapal dalam revolusi Indonesia dan batu tapal dalam sejarah Indonesia. Karena yang dibelanya adalah keadilan dan kejujuran
Manusia dibentuk oleh ambisi mengenai masa depan, dibentuk oleh kenyataan-kenyataan kini, dan pengalaman-pengalaman masa lampau. Seorang pun tak dapat membebaskan dirinya dari masa lampau. Pengalaman-pengalaman pribadi memberi warna pada pandangan dan sikap hidup seorang untuk seterusnya
Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: ‘dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan’. Tanpa itu semua maka kita tidak lebih dari benda. Berbahagialah orang yang masih mempunyai rasa cinta, yang belum sampai kehilangan benda yang paling bernilai itu. Kalau kita telah kehilangan itu maka absurdlah hidup kita
Semoga kita bisa belajar menjadi pemuda yang berkualitas, pelaku sekaligus saksi sejarah dari sosok brilliant dan integritas seorang Soe Hok Gie.
Akhir kata dari penulis, Dia (Soe Hok Gie) adalah potensi bagi bangsa yang bermartabat, sayang sekali kalau dia sampai terisolasi.